Breaking News

Minggu, 09 Oktober 2016

Ayo Main ke Wisata Mangrove di Pesisir Pantai Utara Jawa


Kalau kita mendengar kata Pantura, kebanyakan dari kita akan berpikir tentang jalan raya Pantura yang setiap menjelang Lebaran selalu diliput media massa, untuk dikabarkan kepadatan lalulintasnya yang digunakan banyak masyarakat untuk mudik. Padahal jika kita melihat ke pantai utara jawa yang sebenarnya, kita bisa mengeksplorasi lebih jauh apa saja tempat-tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi, salah satunya di kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di dusun Pandansari, desa Kaliwlingi, kecamatan Brebes. Penulis yang tergabung bersama teman-teman tim KKN (Kuliah Kerja Nyata) UGM pada Juni-Agustus 2016 lalu telah meng-eksplore tempat ini. Selain melaksanakan program pemberdayaan kepada masyarakat, penulis bersama tim KKN UGM ternyata disuguhkan dengan pesona dan potensi wisata yang sangat besar dan harus segera dikembangkan lebih lanjut.




Gerbang masuk kawasan konservasi dan wisata mangrove
Apa sih yang sebenarnya ada di dusun Pandansari? Ya, disini ada kawasan konservasi mangrove yang memiliki luas sekitar 946 ha. Didalamnya terdapat kawasan ekowisata mangrove dengan luas sekitar 106,9 ha yang sedang dibangun tracking mangrove untuk menikmati kawasan ini. Kedua kawasan ini merupakan satu kesatuan, kawasan konservasi yang pada awalnya digagas untuk menyelamatkan lingkungan dari abrasi, kemudian mulai dikembangkan lagi untuk dijadikan objek wisata, tentu dengan tidak meninggalkan tujuan utamanya yakni memperbaiki kualitas lingkungan hidup. 

Kawasan wisata tracking mangrove ini terbilang masih baru dan sedang dalam proses pegerjaan yang dimulai dari bulan Juni 2016 dan ditargetkan selesai pada Desember 2016. Dana yang dikucurkan untuk proyek ini pun cukup besar hampir menyentuh angka 2 miliar rupiah, dengan pendanaan dari pemerintah kabupaten Brebes. Pembangunan tracking mangrove merupakan fasilitas utama yang sedang dibangun dengan target panjang mencapai 1 kilometer. Selain itu juga akan dibangun mushola dan tempat peristirahatan di sekitaran kawasan tracking.

Meskipun pembangunan kawasan wisata mangrove ini sedang berlangsung, sudah banyak wisatawan yang berdatangan untuk melihat kawasan konservasi mangrove ini. Ketika masa libur Lebaran Idul Fitri tahun 2016 lalu total pengunjung mencapai angka 800 orang perharinya. Untuk hari-hari biasa angka pengunjung memang hanya dikisaran 40-50 orang, dan sekitar 100-200 orang diakhir pekan. Tentu ini angka yang cukup besar untuk kawasan wisata yang baru saja dirintis bahkan sedang dalam proses pembangunan. Kita tentu perlu optimis bahwa angka ini akan terus bertambah ketika pembangunan kawasan wisata ini rampung dikerjakan. 
    
Perjalanan menuju kawasan konservasi dan wisata mangrove ini sekitar 30 menit dari kota Brebes. Kita bisa menggunakan sepeda motor, mobil, ataupun bus untuk sampai di kawasan ini. Memasuki desa kaliwlingi, disepanajang perjalanan kita akan bisa melihat perkampungan warga, tambak garam, tambak ikan, perahu milik para nelayan yang bersandar di pinggiran anak sungai yang menuju ke laut, dan persawahan yang membentang cukup luas. Sejauh mata memangdang, keindahan alam dan suasana desa di wilayah pesisirlah yang kita dapati. Dan untuk sampai ke tracking mangrove kita harus menaiki perahu karena lokasinya berada di laut yang dulunya adalah bekas tambak warga yang tenggelam akibat abrasi.


Selama perjalanan menuju ke tracking mangrove kita akan melewati bekas-bekas tambak warga yang kini telah menjadi lautan, selain itu juga kita akan disuguhi pemandangan konservasi mangrove yang hijau dan luas serta memanjakan mata. Berada di tracking mangrove, kita dapat menikmati perjalanan di dalam hutan mangrove, mengenal berbagai jenis tanaman mangrove, dan menikmati segarnya suasa hutan mangrove. Untuk dapat menikmati semua itu, kita hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 15.000 per orang. Tentu saja ini biaya yang terbilang murah untuk mendapatkan fasilitas perjalanan menggunakan perahu menuju dan kembali dari tracking mangrove dengan durasi perjalanan sekitar 30 menit dan ditambah dengan menikmati kawasan konservasi di tracking mangrove.
Kurang murah apa lagi coba?














Ada satu lagi yang menarik dari kawasan ini, apa itu? Pulau pasir. Pulau pasir merupakan hamparan pulau kecil yang letaknya tidak jauh dari kawasan konservasi ini, berjarak sekitar 1,5 km ke arah laut. Tidak setiap saat kita bisa menikmati pulau pasir ini. karena hanya pada saat-saat tertentu saja pulau pasir ini muncul. Ini terjadi karena pasang air laut yang meneggelamkan pulau pasir tersebut. sehingga pada tanggal-tanggal tertentu saja pulau pasir ini muncul dan bisa disinggahi oleh wisatawan. Dan pastinya tidak ada tambahan biaya lagi untuk bisa menikmatinya. Hanya soal keberuntungan saja apakah pulau pasir tersebut sedang muncul di permukaan atau tenggelam oleh air laut.
Pulau pasir, sayangnya waktu itu masih tenggelam

Jika kita berkunjung ke kawasan konservasi dan wisata mangrove pada sore menjelang senja, pemandangan sunset menjadi hal yang wajib untuk dinikmati, dan jangan sampai terlewatkan momen tersebut. Keindahan sunset bisa dinikmati hampir disetiap titik di dusun Pandansari, baik di kawasan mangrove, disekitaran tambak warga, bahkan di pinggir jalan pun kita bisa menikmati sunset. Semua titik tempat di dusun Pandansari menjadi sangat romantis untuk bisa menikmati sunset di senja hari.
 Ya, ini memang berdasarkan pengalaman penulis bersama teman-teman tim KKN UGM selama mengabdi di dusun Pandansari, hampir setiap sore hari menikmati keindahan tenggelamnya matahari ke peraduannya. Sungguh indah, menawan, romantis (bagi yang sudah memiliki teman hidup), dan membuat kita bersyukur pada ciptaan Tuhan yang begitu indah. Cukuplah untuk mengobati rasa lelah setelah seharian beraktivitas bersama warga.

Jadi, bagi para pecinta sunset, disinilah salah satu surganya.



Apa potensi yang bisa dikembangkan lagi?

Ada satu pengalaman menarik yang sudah penulis rasakan bersama dengan tim KKN PPM UGM di kawasan konservasi ini, dan kiranya bisa dikembangkan menjadi salah satu kegiatan wisata minat khusus. Kegiatan itu adalah penanaman bibit mangrove (baby mangrove) yang dirasakan sangat menarik dan memberikan tantangan. Untuk bisa menanam bibit mangrove kita harus turun ke pinggiran laut, berbasah-basah ria, dan menanam bibit mangrove di dalam genangan air. Kegiatan ini juga bisa dijadikan salah satu bentuk edukasi bagi wisatawan tentang bagaimana proses penanaman dan perawatan mangrove yang sedikit berbeda dengan tanaman-tanaman yang biasa ditanam di daratan. 
Dalam penanaman bibit mangrove ini nanti akan dipandu oleh warga yang sudah ahli dalam penanaman mangrove ataupun para penggiat lingkungan yang ada di kawasan konservasi ini. sehingga akan banyak cerita, informasi yang bisa didapatkan oleh wisatawan. Kebetulan waktu itu penulis bersama teman-teman tim KKN UGM dipandu oleh Bapak Mashadi yang sudah sangat lama mengabdikan dirinya untuk kegiatan penyelamatan lingkungan di kawasan konservasi mangrove, beliau juga telah mendapatkan penghargaan Kalpataru pata tahun 2015 lalu.
persiapan penanaman bibit mangrove

proses penanaman bibit mangrove bersama tim KKN UGM


Untuk mengengemas potensi wisata minat khusus ini memang butuh banyak aspek yang perlu disiapkan. Kesiapan insfrastruktur dan sumber daya manusia yang akan memandu para wisatawan perlu untuk diperhatikan. Jika wisata minat khusus ini berhasil diwujudkan dan dikemas sedemikian rupa, tentu penulis optimis bahwa ini akan mengundang banyak wisatawan baik dari dalam negeri, maupun mancanegara.
Kenapa mancanegara? Karena kawasan konservasi mangrove di dusun Pandansari ini sudah banyak dikunjungi oleh para peneliti dari luar negeri. Setelah mereka kembali ke naegaranya, tentu akan membagikan informasi dan pengalamannya kepada orang-orang disekitarnya. Dan salah satu karakteristik wisatawan dari mancanegara yang ingin berkunjung ke Indonesia adalah mereka ingin mencoba hal-hal baru dan menantang untuk dilakukan. Hal ini tentu akan lebih mengundang banyak wisatawan dari mancanegara jika memang wisata minat khusus berupa kegiatan penanaman bibit mangrove yang ditawarkan tadi bisa terwujud. Karena dalam penanaman bibit mangrove ini ada aspek wisata pendidikan juga wisata untuk kegiatan pelestarian yang sangat menarik untuk dilakukan.



Jadi, tunggu apalagi? Ayo segera selesaikan kewajiban tugas dan pekerjaanmu, tentukan waktu yang tepat, dan datanglah ke kawasan konservasi dan wisata mangrove di dusun Pandansari, Kaliwlingi, Brebes. Nikmati pesona wisata di Jawa Tengah!!!!!!!



Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By