Breaking News

Senin, 12 Desember 2016

Sebuah Cerita saat Kuliah


Ilmu membentuk kita. kadang orang suka bilang bahwa dunia akademik itu dunia yang sangat sepi sebenarnya, karena anda berkumul dengan hasil refleksi anda sendiri. tapi ketika anda merasa mentok, janganlah berputus asa. Karena sebenarnya semuanya sudah disajikan, semua teori yang ada sebenarnya sudah memberikan perkakas kepada anda untuk bisa selalu lebih optimis. Tapi dalam optimis itu anda harus tahu bahwa kita juga akan selalu bisa gagal.

Cerita si siplus (siprus?), cerita yunani kuno. Ada manusia dia dikutuk oleh dewa, dia harus mendorong batu keatas bukit, tapi setiap kali dia mau sampai keatas bukit, dia akan jatuh kebawah lagi, dan dia akan terus mendorong batu itu sampai akhir zaman. Dan itulah kutukan manusia, kira2. Gambaran itu mau mendeskripsikan, bahwa kita manusia selalu merasa bahwa kita mampu tapi sebenarnya, di titik2 ktika kita mau sampai di tujuan kita pasti akan gagal terus. Cerita itu bisa dibaca dengan 2 cara. cara pertama, itu kasihan banget. Tapi cara yang kedua, dan ini yang saya suka, adalah bahwa justru itu yang membuat kita menjadi manusia yang sebenarnya. Bahwa kita setiap hari berjuang, kita setiap hari berusaha. Bahwa tujuan akhir itu ya hanya satu, yaitu kematian itu sendiri. jadi jangankan anda, sampai saat ini saya juga merasakan pergumulan yang sama. banyak sekali hal2 yang ingin saya pahami, tapi saya tidak bisa memahaminya. Mungkin karena ilmu saya yang masih terbatas atau saya juga masih keliru dalam membaca teori dan lain sebagainya. tapi the point is, intinya adalah kita harus terus menerus mendorong batu itu. karena apabila sekali kita sampai tujuan, akhirnya bingung mau ngapain lagi. jadi justru yang membuat kita menjadi manusia adalah karena ketidaksempurnaan kita, dan kita selalu punya kekosongan itu. kalo dalam psikoanalisa itu namanya lack, ada sesuatu yang lack didalam dirikita. Kita tidak minta dilahirkan didunia ini, tapi kemudian tiba2 kita ada, dan kemudian kita harus berusaha mengisi hidup itu. kemudian anda mengikuti kegiatan macem2, sekolah, karier, anda berusaha melakukan berbagai jenis kegiatan bahkan sampai anda berkeluarga, punya anak, dan sebagainya. itu semua dalam rangka mengisi apa sih tujuan hidup kita didunia ini. Makanya agama itu luarbiasa sekali sebenarnya, karena dia memberikan panduan itu.

Sebenarnya ketika kita membicarakan strukturalis ini kita banyak ngomongin tentang bahasa dan kekuasaan, sampai ketitik kita sebenarnya, kita akan berkesimpulan bahwa manusia itu tidak punya esensi, kita itu sebenarnya kosong. Kita berpikir kita ada, tapi kita berpikir kita ada itu karena bahasa. Kalau tidak ada bahasa bagaimana, kamu bisa menjelaskan siapa sebenarnya dirimu? Jadi kamu punya esensi atau bahasa dulu. Manusia dulu atau bahasa dulu? Bahkan nanti sampai yang namanya keinginan, cita2, identitas, itu sebenarnya semua konstruksi bahasa, kita berusaha menyerap dan menjadikan


Anda laki2? Bagaimana anda bisa mengatakan anda laki2? Biologis tentunya. terus Kenapa nada harus pakai kemeja dan celana panjang? Karena konstruksi, dan konstruksi itupun, itu tidak bisa membuat kita merasa sepenuhnya jadi laki2 . sebenarnya kal o saya nyaman dengan kelaki2an saya, saya bisa kekampus pakai rok dong. Tapi saya masih merasa ngga yakin, makanya saya pakai celana panjang dan kemeja, tapi saya masih ngga merasa ngga yakin juga, kemudian saya menggaharkan suara saya, kemudian mengembangkan sifat2 maskulinitas, saya suka olahraga. Tapi masih ngga cukup juga, saya masih belum merasa jadi laki2. Kemudian kalo malam minggu saya sering keluar dan cari orang untuk berantem dan sebagainya, masih ngga cukup juga, cari pacar. Pacarnya ngga harus selalu dengan perempuan kan? Yang penting saya menjadi maskulin aja. Lawannya mau seperti apa, kalau….sebenarnya post strkturalis menunjukkan bahwa manusia ini tidak punya esensi, tpi justru karena tidak punya esensi, kita kemudian mencari supaya kita punya esensi, dan kemudian kita terus menghidupi itu. kenapa sebenarnya beli parfum harus merek axe? Kenapa harus beli sepatu yang bukan haihil? Kemudian kita akan melihat ternyata dunia ini sudah dibentuk oleh rezim. Apa implikasinya kemudian ketika kita ketemu dengan manusia yang tidak tunduk terhadap standar laki2 dan perempuan, kita selalu mempertanyakannya kan? Kok bisa seperti ini, atau kita jadi merasa ada sesuatu yang asing. Nah ini akan banyak mengganggu fantasi sebenarnya post strukturalis ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By