Breaking News

Minggu, 28 Mei 2017

Tuhan....................

TUHAN....

Engkau Maha Besar
Engkau yang memiliki segalanya
Engkau yang bisa mengatur segalanya
Engkau yang mampu mengetuk pintu hati setiap hambamu
Engkau yang mampu memudahkan urusan setiap hambamu
Engkau yang mampu menggenapkan rizki setiap hambamu

TUHAN.........

Engkau berikrar bahwa tidak ada tuhan yang lain selain Engkau
berkali-kali kau menanyakan melalui Kitab-Mu
A'ila hum ma Allah? lima kali Engkau tanyakan itu
aku akui Tuhan....memang hanya Engkau saja..tidak ada tuhan yang lain. hanya Engkau saja

TUHAN.....

Aku percaya Engkau dekat
Aku percaya Engkau mendengarkan setiap pengharapan
Aku percaya Engkau juga yang akan mewujudkan setiap pengharapan
Aku percaya pada-Mu Tuhan
Aku percaya

TUHAN....

Aku ridho kalau harus menghadapmu setiap penghujung malam
Aku ridho merintih-mengadu-berkeluhkesah disetiap sujud
Aku ridho menundukkan kepalaku menyejajarkannya dengan tanah
Aku ridho menghamba pada-Mu
Itu lebih pantas bagiku
bukan mengharapkan dari makhluk

Tuhan cukup Engkau saja yang mengatur,menyampaikan pada waktu yang tepat, menggenapkan segalanya, menggerakkan semesta, meluluhkan hati dan jiwa nya dan yang lainnya.

CUKUP ENGKAU SAJA TUHAN


Laa hawla walaa quwwata illa billah

Read more ...

Sabtu, 25 Maret 2017

Sawah dan Kulonprogo


saya adalah penikmat pemandangan kehijauan. salah satunya adalah sawah. sawah bukan hanya sekedar tempat padi ditanam dan tumbuh besar, lalu kemudian dipanen hasilnya. bagi saya sawah adalah representasi dari ke-sahaja-an, kerja keras, keringat, kedamaian, sampai juga pada perlawanan.

entah mengapa saya bisa sampai menyenangi segala sesuatu yang bersangkutan dengan "tanah", entah itu perkebunan, persawahan, atau hal-hal lain yang didalamnya melibatkan tanah sebagai hal fundamental. sampai pada satu saat diperkuliahan, ada sebuah penjelasan bahwa tanah adalah salah satu dari modal dalam sebuah proses produksi. selain dari modal kapital (uang), manusia, teknologi, tanah juga menjadi bagian terpenting dalam sebuah sistem produksi. yah, itu salah satu yang menguatkan saya tentang kesukaan, ketertarikan, interest, terhadap tanah.

meskipun dalam salah satu kajian dalam studi sosial-politik ada bahasan tentang agraria yang didalamnya juga membahas tentang tanah, tapi ternyata saya kurang dapat memahami dengan baik, kurang dong. alhamdulillah nya, logika-logika mendasarnya masih bisa ditangkap lah, bagaimana tanah kemudian menjadi basis penentu relasi-relasi sosial-politik dalam masyarakat maupun negara.

kembali lagi ke sawah, sejak dulu memang saya ingin sekali bisa melihat sawah. ini karena tiap kali ada tugas menggambar di sekolah dasar, saya selalu menggambar pemandangan gunung lengkap dengan sawahnya dibagian bawahnya. beberapa kali juga menggambar rumah yang lengkap dengan pekarangannya, yang terlihat sangat damai, dan bersahaja. saya suka sekali dengan terminologi "bersahaja". dari sinilah kemudian keinginan untuk bisa melihat gunung, sawah, dan memiliki rumah yang penuh dengan suasana kedamaian, dan kesahajaan. oiya, soal gunung, sebenarnya juga sama, saya sangat suka sekali dengan gunung. tapi itu nanti saya ceritakan lain waktu saja. soal terminologi "bersahaja" juga kapan-kapan lah.

 di Riau, sulit sekali bisa menemui sawah. ada beberapa tempat, salah satunya di kawasan kampar bagian kanan, sedangkan saya di kawasan kampar bagian kiri yang isinya kebun sawit dan karet semua. sehingga sejak kecil sampai lulus SMA mungkin baru sekali saya melihat apa yang disebut sebagai sawah. menyedihkan sekali saya kira bung. sehingga ketika saya mendapatkan rejeki bisa kuliah di jogjakarta, maka, sawah dan gunung menjadi sebuah mimpi yang terwujud nyata, di depan mata. tiap kali ada agenda organisasi ataupun dolan bareng teman-teman, jika melewati sawah, maka tak lepas mata ini memandangnya. rasane bahagia tenan lek. josss.

di jogjakarta, untuk bisa menikmati pemandangan persawahan, kulonprogo menjadi rajanya. saya hampir khatam kalo mengelilingi daerah ini buat mencari sawah untuk dipandang. dibanding kabupaten lain di jogjakarta, kulonprogo memberikan surga untuk nonton sawah, juga pemandangan perbukitan yang tidak terlalu tinggi, tapi bisa membuat kita nyebut asmanipun gusti Alloh.

kalau kita mengelilingi sleman, maka sedikit sekali sawah yang bisa ditemui, yah mungkin juga karena saya belum mengelilingi semua daerah ini. tapi disini ada gunung merapi, yang tidak akan bosan untuk dipandang. untuk daerah gunung kidul, ini kebanyakan bukit kapur. sedikit sekali sawah disini. bisa dibilang hanya secuil. tapi gunung kidul menyediakan pantai yang luar biasa indah. untuk daerah bantul, saya hanya sekali dua kali kedaerah ini. beberapa tempat memang ada pemandangan sawah yang cukup bagus, tapi tidak sebagus yang disediakan oleh kulonprogo.

yah, senyatanya memang kulonprogo bagi saya adalah tempat melarikan diri dari rutinitas yang menjenuhkan. sawahnya memberikan kedamaian. sampai-sampai kadang saya berangan-angan ingin punya sehamparan sawah di kulonprogo untuk digarap, dan tentunya untuk dipandang sore hari dari teras depan rumah, ditemani anak dan istri (si ukhti sholihah wa jamilah, yang bersahaja dan teduh-meneduhkan), dan secangkir teh. sungguh sebuah nikmat dari Tuhan. yah, kalau mengikuti saran ustad Yusuf Mansur, semua sawah itu punya Alloh, minta aja ke Alloh. di sholawatin tuh sawah. rajin minta ke Alloh. ntar pasti dikasih. Alloh mah, kalo hambanya minta dengan benar, nurut perintah-Nya, apa aja bakal dikasih.

begitulah kira-kira cerita singkat soal sawah dan kulonprogo. sebuah perpaduan yang ciamik. kesahajaan, kedamaian, ketenangan, kesederhanaan, serta keindahan.



Read more ...

Rabu, 15 Maret 2017

Teologi Ekonomi Yusuf Mansur (2)


Bab 4 dan 5 Disertasi Berjudul = Aspiring to Prosperity:  The Economic Theology of Urban Muslims in Contemporary Indonesia


Penulis berpendapat bahwa popularitas teologi ekonomi Yusuf Mansur antara urban dapat dikaitkan tidak hanya untuk banding pribadinya tetapi juga secara signifikan ini disebabkan oleh peran pengikutnya yang mempromosikan teologi ekonomi di kalangan mereka sendiri. Saya juga berpendapat bahwa ada dua pola penyebaran teologi ekonomi Yusuf Mansur di antara penduduk Muslim perkotaan, terutama di kalangan kewirausahaan. Pola pertama adalah bahwa para pengikut tertarik untuk khotbah Yusuf Mansur pada teologi ekonomi dan menghubunginya. Mereka menjadi pengikut dekat Yusuf Mansur dan mendukung program PPPA Daarul Qur'an sebagai donor. Yusuf Mansur imbalan, mempromosikan mereka untuk pendengarnya yang lebih luas. Akibatnya, beberapa tokoh kunci telah menjadi pengkhotbah atau perwakilan dari Yusuf Mansur yang mempromosikan teologi ekonomi di komunitas mereka sendiri. Yusuf Mansur menerima donor dan donor menerima pengakuan, dan saya sebut pola timbal balik langsung ini.

Pola kedua adalah bahwa pengikut terpesona oleh teologi ekonomi Yusuf Mansur tetapi tidak menghubunginya langsung. Namun, mereka beradaptasi teologi ekonomi dan mengedarkannya ke lingkungan mereka sendiri. Setelah mereka menjadi dikenal di komunitas lokal mereka, Yusuf Mansur mendukung dan mendukung mereka. Pola ini adalah timbal balik tidak langsung. Pola pertama masih mengadopsi pola teratur Islam belajar di kalangan masyarakat Indonesia Muslim. Biasanya, umat Islam Indonesia belajar Islam dari seorang kyai di pesantren atau melalui kelompok belajar Islam (pengajian). Mereka menjadi jemaat tetap kyai dan mendukung pesantren melalui sumbangan dll Sementara pola kedua merupakan cara baru belajar Islam di kalangan urban. Mereka belajar ajaran Islam dari televisi dan publikasi tetapi mereka tidak perlu menjadi jemaat tetap pengkhotbah tertentu dan tidak ada interaksi langsung antara jenis follower dan pendeta.

Bab ini telah memeriksa salah satu pola pengusaha Muslim yang tertarik dengan teologi ekonomi Yusuf Mansur dan menjadi pengikutnya. Ini pengusaha Muslim memiliki kontak langsung dan hubungan langsung dengan Yusuf Mansur. Mereka menunjukkan proses timbal balik: pengusaha Muslim menyalurkan zakatnya dan Sedekah untuk mendukung Yusuf Mansur PPPA Daarul Qur'an, sementara Yusuf Mansur imbalan menyediakan mereka dengan liputan media untuk bisnis mereka.

Hubungan antara Yusuf Mansur dan para pengusaha Muslim-nya juga melibatkan kolaborasi bisnis. Mereka mempromosikan keyakinan mereka bahwa kesuksesan bisnis mereka terkait dengan komitmen untuk melakukan sedekah dan dhuha. Mereka juga menginformasikan orang-orang bahwa mereka telah menerapkan praktek teologi ekonomi di perusahaan mereka dengan mewajibkan seluruh karyawan mereka untuk melakukan dhuha sebelum mulai bekerja.

Ini pengusaha Muslim juga telah memulai inisiatif amal beredar teologi ekonomi Yusuf Mansur dalam lingkaran bisnis. Mereka telah menafsirkan teologi ekonomi melalui inisiatif nyata untuk memfasilitasi para pengikut mereka melaksanakan dan promosi kebajikan sedekah. Para anggota Makelar Sedekah biasanya pengusaha kecil Muslim yang menyalurkan zakatnya dan Sedekah ke PPPA Daarul Qur'an, sebuah yayasan yang didirikan oleh Yusuf Mansur. Selain Makelar Sedekah juga dianjurkan oleh bisnis start-up dan mahasiswa. Mereka tertarik untuk bergabung Makelar Sedekah karena program motivasi bisnis dan promosi pada teologi ekonomi.


Bab 5 akan menganalisis pola kedua orang yang telah terinspirasi oleh teologi ekonomi Yusuf Mansur. Mereka datang untuk tahu tentang teologi ekonomi Yusuf Mansur melalui publikasi dan khotbah di televisi. Sementara mereka telah menempatkan ajarannya dalam praktek, yang tidak menjalin kontak dengan dia pada tahap awal dari usaha bisnis mereka. Setelah mereka sendiri telah mendapatkan popularitas dan dilaporkan di media massa, Yusuf Mansur mengakui kegiatan mereka dan mendukung mereka sebagai baik berlatih Muslim.

Bab ini didasarkan pada argumen tesis bahwa peredaran luas teologi ekonomi Yusuf Mansur dikaitkan dengan beberapa peran yang dimainkan oleh pengikutnya. Para pengikut beradaptasi teologi ekonomi dalam masyarakat mereka sendiri dan kemudian beredar ide luas. Bab ini akan menyoroti studi kasus Saptuari Sugiharto dan inisiatif yang disebut Sedekah Rombongan (Kebersamaan dalam Pertunjukan Voluntary Sedekah Memberi).

Bab ini telah menunjukkan adaptasi teologi ekonomi Yusuf Mansur melalui membantu orang miskin yang memiliki penyakit serius. Meskipun SR tertarik dan disesuaikan teologi ekonomi Yusuf Mansur, mereka tidak membangun kontak Yusuf Mansur. Namun, setelah Sedekah Rombongan mencapai popularitas meskipun tindakan amal, Yusuf Mansur menghubungi para pendukungnya dan menawarkan dukungan untuk kegiatan mereka.

Kegiatan Saptuari dan pengusaha Muslim rekan-rekannya di Sedekah Rombongan signifikan beresonansi dengan teologi ekonomi Yusuf Mansur. adaptasi mereka teologi ekonomi Yusuf Mansur telah mengilhami orang muda lainnya untuk mengikuti jalan mereka termasuk Sedekah Harian Laskar Sedekah. Bab berikutnya juga akan menampilkan bentuk lain dari penerimaan dan adaptasi teologi ekonomi Yusuf Mansur. Bab ini akan menyoroti peredaran teologi ekonomi di kalangan mahasiswa.


Read more ...

Teologi Ekonomi Yusuf Mansur



Yusuf Mansur merupakan sosok yang fenomenal, bahkan pemikirannya kemudian dapat dijadikan objek sebuah penilitan. Dari sebuah Disertasi Berjudul = Aspiring to Prosperity:  The Economic Theology of Urban Muslims in Contemporary Indonesia , mencoba mengupas teologi ekonomi Islam yang menjadi dasar dari setiap ceramah, seminar, bahkan karya buku-buku beliau. berikut ini ringkasan dari bab 3 disertasi diatas yang ditulis oleh Najib Kailani;

Penulis berpendapat bahwa urbanisasi penduduk Indonesia secara signifikan telah mengubah bentuk ekspresi keagamaan termasuk praktek sedekah. Muslim perkotaan menemukan bahwa teologi ekonomi Yusuf Mansur menawarkan ekspresi keagamaan modern dan pribadi sebagai cara untuk mencari aspirasi kehidupan modern mereka dari Allah termasuk bisnis yang sukses, harta benda dan mendapatkan pekerjaan.

Selain itu, praktek teologi ekonomi yang menekankan mengejar beberapa hadiah dari Tuhan agak mirip dengan praktik kontemporer Muslim di Mesir juga. Amira Mittermaier Samuli Schielke dan Mona Atia telah menunjukkan bahwa baru-baru Muslim di Mesir cenderung untuk menghitung perbuatan baik mereka dalam hal beberapa penghargaan dari Allah. Misalnya, bukannya mengemudi mobil untuk pergi ke masjid untuk melakukan shalat, Muslim Mesir sekarang nikmat berjalan ke masjid. Mereka percaya bahwa Allah akan membalas setiap langkah tunggal yang dibuat oleh Muslim untuk pergi ke doa. Mittermaier memperkenalkan dua konsep imbalan Allah di antara orang Mesir: Thawab (imbalan ilahi) dan barakah (berkah ilahi). Mittermaier mengaitkan praktek kalkulatif imbalan Allah di antara umat Islam Mesir dengan 'ekonomi Thawab. "Kedua perekonomian Thawab dan barokah terkait dengan gagasan" perdagangan dengan Allah "(Tagara ma' rabbina).

Aspirasi untuk mencari material dan spiritual kekayaan juga populer dipraktekkan di antara Neo-Pentakosta dan Karismatik Kristen. Fenomena ini umumnya diidentifikasi sebagai Prosperity Agama atau Prosperity Injil. Karakteristik utama mereka adalah untuk berjanji dan menyebarkan kekayaan dan kesehatan di antara para pengikutnya. Ia mengatakan bahwa Tuhan ingin memberkati Kristen rohani, fisik dan material. Para pengikut didorong untuk berlatih persepuluhan dan memberikan sebagai cara untuk mencapai kemakmuran. Memberi diasumsikan 'iman benih' yang bisa dikembalikan oleh Allah ke pemberi pengembalian bermacam-macam. Coleman analisis bahwa ide yang berbasis di Perjanjian Baru: ". Satu akan memberikan dan mengharapkan untuk menerima berkat diperluas imbalan"

Praktek pemberian dan persepuluhan untuk mencari kekayaan materi juga disebut sebagai 'ekonomi korban'. Gagasan ini awalnya diperkenalkan oleh Susan Harding melalui studinya tentang ajaran Jerry Falwell. Harding menjelaskan bahwa pemberian dalam mengajar Jerry Fallwell ini diakui sebagai korban. Dia menjelaskan "uang (seperti darah hewan Perjanjian Lama atau darah Kristus) adalah pengorbanan yang diberikan kepada Allah dan merupakan ketaatan kepadanya. Tuhan, pada gilirannya, memberkati, finansial dan dengan cara lain, orang-orang yang taat. "

Analisis saya tentang teologi ekonomi Yusuf Mansur dan kesamaan dengan teologi ekonomi lain telah menunjukkan bahwa ide kemakmuran adalah pesan yang signifikan dalam agama di dunia kontemporer. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa seorang sosiolog Bryan S Turner telah menyarankan bahwa itu merupakan ide dari 'teologi kebahagiaan. "Ini menunjukkan teologi yang mampu' mengatasi dunia kekayaan materi, umur panjang, konsumsi massa dan transisi dari kelangkaan kelimpahan.

Bab ini telah mengungkapkan bahwa teologi ekonomi Yusuf Mansur dari sedekah dan dhuha telah memfasilitasi harapan dan aspirasi umat Islam Indonesia perkotaan. Ini memfasilitasi harapan dari orang-orang yang bercita-cita untuk memiliki kehidupan yang baik dan berkisar dari menemukan pekerjaan yang layak, membayar kembali utang, menemukan pasangan untuk memiliki bayi. Hal ini juga memfasilitasi mereka yang bercita-cita untuk mengembangkan kualitas hidup mereka dan dalam kasus ini berkisar dari memiliki harta lebih banyak bahan untuk membangun bisnis yang sukses. Singkatnya, teologi ekonomi Yusuf Mansur menyediakan "kepastian" selama kondisi tidak menentu yang dihadapi oleh umat Islam yang baru urbanisasi.

Studi juga mengungkapkan bahwa masyarakat modern tertarik dengan ajaran agama yang di sejalan dengan aspirasi kehidupan mereka dan teologi ekonomi harapan Mansur mengartikulasikan niat modern dan aspirasi Muslim Indonesia perkotaan di global Indonesia.

Bab berikutnya akan membahas pengusaha Muslim yang telah tertarik dengan teologi ekonomi dari Yusuf Mansur. Mereka adalah pengusaha kecil Muslim yang kemudian secara aktif menyebarkan teologi ekonomi Yusuf Mansur di antara kaum urban. Pergeseran analisis kami kegiatan para pengikut 'akan memungkinkan kita untuk memahami bagaimana dan mengapa ide-ide Islam sedang dipromosikan secara luas. Yusuf di kalangan umat Islam perkotaan, pengusaha khususnya Muslim.


Read more ...

Sabtu, 11 Maret 2017

Nerimo Ing Pandhum



Kita sering kali mendengar pernyataan "yang penting sudah usaha, masalah hasil itu urusan Yang Diatas", atau pernyataan lain yang senada. Bahkan tak jarang mulut kita sendiri pun berujar penyataan tersebut. ketika upaya yang telah kita lakukan dirasa maksimal, maka tinggal menunggu akan hasil yang kadang sesuai dengan harapan, bahkan kadang melebihi ekspektasi. tapi tak jarang pula hasil yang didapat (dirasa) tidak sesuai dengan jerih payah yang kita lakukan. kemudian membuat kita seringkali mengeluh. menyalahkan diri sendiri, kadang menyalahkan oranglain, bahkan lebih parah lagi, menyalahkan Tuhan dengan justifikasi bahwa Ia tidak adil, tidak mengerti upaya keras hambanya. 

dalam falsafah jawa, dikenal istilah nrimo ing pandum. salah satu falsafah yang sampai saat ini masih dipegang erat dalam budaya masyarakat jawa, bahkan mungkin juga masyarakat lain pada umumnya yang terinternalisasi dengan istilah konseptual lainnya yang sepadan dengan istilah nrimo ing pandum. 

Nrimo 
artinya menerima, sedangkan pandum artinya pemberian. Jadi Nrimo ing Pandum memiliki arti menerima segala pemberian pada adanya tanpa menuntut, lebih luas lagi bisa juga berarti ikhlas atas apa yang kita terima dalam kehidupan atau “legowo” dalam menghadapi setiap lika-liku dalam hidup.  Konsep ini menjadi salah satu falsafah Jawa paling populer dimana masih sering digunakan oleh beberapa masyarakat. Pengaplikasian dalam kehidupan sosial “nrimo ing pandum” bisa berarti bermurah hati dengan sesama, dalam ekonomi dapat pula dikatakan sebagai rasa cukup dengan kekayaan yang dimiliki, dan masih bisa lebih luas lagi “nrimo ing pandum” dapat diaplikasikan.

Sebagian ilmuwan sosial menganggap konsep ini sebagai salah satu penyebab rendahnya etos kerja masyarakat Jawa. Sifat masyarakat yang menerima segala sesuatu apa adanya menyebabkan masyarakat tidak memiliki motivasi untuk bekerja.Sehingga masyarakat hanya diam saja menunggu sebuah pemberian tanpa melakukan sebuah usaha.

Asumsi ini muncul mengingat teori-teori Psikologi dewasa ini menjelaskan bahwa setiap tindakan manusia berasal dari kepentingan diri mereka sendiri. Mulai dari pendekatan psikoanalisis yang beranggapan bahwa manusia bertingkah laku karena dorongan dari dalam diri yang disebut Id hingga teori-teori humanistik yang menggambarkan manusia seharusnya menjadi diri sendiri seperti yang individu tersebut inginkan. Bahkan perilaku prososial pun dianggap sebagai upaya pengharapan akan balasan perilaku ynag sama dari orang lain.

Islam mengenal konsep Qadha dan Qadar yaitu adanya ketetapan-ketetapan yang telah diatur oleh Allah SWT. Dalam bahasa mudah dapat kita katakan bahwa di dunia ini ada hal-hal tertentu yang diluar jangkauan kemampuan kita.

Untuk mengatasi masalah tersebut dikenallah konsep tawakal dalam Islam. Tawakal artinya berserah diri terhadap Allah SWT. Sehingga setiap ketetapan yang ada harus kita terima dengan lapang hati karena kita telah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Sekilas konsep ini mirip dengan konsep Nrimo ing Pandum.

tapi agaknya, istilah Qonaah lebih dapat kita padan kan dengan falsafah nerimo ing pandhum

Kita perlu menempatkan istilah nerimo ing pandhum ini dalam konteks yang tepat. kita tempatkan falsafah ini dalam rangka ketika kita telah benar-benar berusaha sekuat tenaga, semaksimal mungkin, titik kulminasi ikhtiar. maka setelah ikhtiar yang telah dilakukan, kita menyerahkan hasil dari jerih payah kita pada yang maha kuasa. ini berarti kita mengakui bahwa ada kekuatan diluar dari kesanggupan manusia yang juga bekerja, atau dimensi transendental.

salah satu falsafah yang juga mungkin bisa kita padankan dengan nerimo ing pandum adalah sebuah kisah dari yunani kuno. Ada manusia dikutuk oleh dewa. dia harus mendorong batu keatas bukit, tapi setiap kali dia mau sampai keatas bukit, dia akan jatuh kebawah lagi, dan dia akan terus mendorong batu itu sampai akhir zaman. dan itulah kutukan manusia. gambaran itu ingin mendeskripsikan, bahwa kita manusia selalu merasa bahwa kita mampu, tapi sebenarnya di titik kita akan sampai di tujuan akhir, kita pasti akan gagal terus. cerita itu bisa dibaca dengan dua cara. cara pertama, kasihan sekali. tapi cara kedua, dan ini yang membuat kita menjadi lebih optimis, bahwa justru itulah yng membut kita menjadi manusia yang sebenarnya. bahwa kita setiap hari berjuang, kita setiap hari berusaha. bahwa tujuan akhir itu hanya satu. kematian itu sendiri.

ini menunjukkan bahwa wilayah manusia adalah wilayah usaha, ikhtiar, perjuangan. wilayah hasil adalah wilayah transendental. tapi untuk tetap membangun optimisme, prinsip "hasil tidak pernah menghianati proses" perlu kita pegang. sehingga dalam penerimaan atas hasil upaya jerih payah kita, tetap terbangun optimisme akan hasil yang maksimal.





Read more ...

Rabu, 22 Februari 2017

Sebuah Catatan Kuliah


Di turki, terjadi suatu perkembangan dari politik Islam yang tadinya ditindas oleh negara nasionalis-sekuler-kemalis, tapi kemudian melalui berbagai perkembangan sejarah kemudian sampai pada satu titik dimana social agent dari politik islam menguasai negara, dengan kata lain politik Islam sedang menguasai negara, walaupun tidak dalam bentuk seperti yang dibayangkan pada tahun 60-an atau 70-an, karena politik Islam tidak secara terbuka meminta negara menjadi Islam, para aktivis setuju dengan bentuk negara yang telah ada. Mereka setuju dengan pola-pola demokrasi, dan setuju dengan kapitalisme-neoliberal. Dimesir, terjadi trajektori yang sama seperti di Indonesia, terjadi perang dingin dan pembangunan, kontestasi dengan pembangunan. Yang terjadi kemudian adalah kemudian yang pertama adalah ikhwanul muslimin itu berhasil menguasai civil society dan menjadi kekuatan oposisi politik yang paling terorganisir. Tapi tidak berhasil menguasai negara. Dan ketika menguasai negara pun tidak bertahan lama.

Populisme islam. Bagaimana siskursus dibentuk oleh shifting basys of social support. 100 tahun yang lalu, politik islam itu agen2 utamanya itu dari vertikulasi. Tapi seperti di turki dan mesir ketika islam menjadi symbol penyatu borjuasi besar, ada bisnis besar, kelas menengah terdidik, dan orang orang merjinal di kota2 besar. Partai dijalankan kelas menengah, uang dari borjuasi, dan untuk mereka orang2 bawah itu dengan mengikuti pola ikhwan, dengan memberi sedekah, social service, charity, delivery of services. Dan itulah yang merekat semua kelas dalam populisme itu. Ini lah yang dilakukan oleh erdogan. Tapi yang di mesir tidak sebesar di turki.

Nah di Indonesia, yang tidak ada itu kelas borjuasi nya. Kelas menengahnya banyak, orang2kecil nya banyak, tapi pengusaha besarnya tidak ada.  Tetapi yang bisa mengklaim sebagai representasi kepentingan  suatu aliansi sosial yang menyatukan berbagai kelas didalam simbolisme islam, itu tidak ada. Populisme: aliansi multi kelas yang asimetris. Ada berbagai kelas yang terlibat dalam gerakan. Tapi kemungkinan besar kepentingan yang terartikulasi itu tidak mereata, tergantung kekuatan mana yang dominan dalam aliansi.  Suspension of difference, perbedaan antar kelas seakan2 hilang karena disatukan oleh symbol yang seakan2 menyatukan. 

Read more ...

Sabtu, 28 Januari 2017

Pesona Simbolik (?)


Pesona simbolik. apa itu pesona simbolik? ialah sebuah ciri khas yang melekat pada diri anda, ia lahir dari dalam diri anda. bisa berupa karakter, sifat, sikap, dan sebagainya. mungkin bisa dipadankan dengan istilah inner beauty, meskipun itu beda.
Pesona simbolik lebih penting dari pada pesona materil. karena pesona materil, semua orang pasti akan bisa membangunnya dengan sifat kebendaan yang hampir sama semua. semua dinilai dengan materi, benda, yang mana itu sebenarnya berada diluar dari diri seseorang. ia tidak melekat pada diri seseorang, tidak menyatu. ia sewaktu-waktu bisa saja hilang dan lepas dari diri anda. sedangkan pesona simbolik, ia akan tetap menjadi bagian dari diri anda. karena ia terbentuk selama anda menjalani hidup, dan akan tetap melekat pada diri anda.

maka untuk mendapatkan cinta yang baik, bangunlah pesona simbolik dari diri anda. gali apa yang menjadi simbol-simbol yang menggambarkan diri anda sebagai jiwa yang layak untuk dicintai.

sehingga anda memang layak dicintai sebagai selayaknya seorang insan manusia. bukan benda yang tanpa memiliki rasa, hampa. meskipun materi juga butuh, tapi secukupnya saja.
Read more ...
Designed By